Sindrom iritasi usus besar apakah bisa sembuh? Hampir selalu menjadi pertanyaan para pasien yang mengalaminya.
Sindrom iritasi usus besar ini merupakan sebuah kelainan iritasi yang biasanya terjadi di bagian usus besar. Karena tidak mengubah perubahan struktur pada jaringan di usus. Maka sindrom iritasi usus besar ini masih bisa disembuhkan.
Mengenal sindrom iritasi usus besar dan penyebabnya
Sindrom iritasi usus besar adalah gangguan fungsional yang terjadi di pencernaan dan bisa memengaruhi kinerja pada usus besar tersebut. Ada tiga fungsi yang utama dari usus besar yaitu memproduksi dan menyerap vitamin, menyerap elektrolit dan air. Dan juga membentuk serta mendorong tinja untuk dikeluarkan.
Bagi para penderita sindrom iritasi usus ini sebaiknya mengubah gaya hidup tak sehat dan juga mengubah pola makan yang tidak sehat. Tingkat keparahan pada sindrom iritasi usus pada setiap orang tidak sama. Gejalanya bisa terjadi terus menerus selama 3 bulan atau setiap 3 hari berturut-turut.
Untuk tingkat yang parah atau kronis, sindrom ini bisa menyebabkan kerusakan di bagian usus.
Penyebab sindrom iritasi usus besar
Sebenarnya belum diketahui secara pasti, apa saja hal yang menyebabkan munculnya sindrom usus besar tersebut.
Berikut ini sejumlah faktor yang mungkin memicu terjadinya sindrom usus besar:
- Abnormalitas saraf dan juga sistem saraf, yang terdapat di dalam sistem pencernaan. Dan menimbulkan rasa tak nyaman di perut, hingga membentuk gas dalam jumlah berlebih.
- Infeksi berat atau sindrom yang terjadi pada iritasi usus, bisa disebabkan oleh infeksi. Yaitu infeksi berat dari virus/bakteri, dan dari diare yang pernah terjadi.
- Kontraksi yang terjadi di otot pada dinding usus dan kontraksi otot usus. Yang rasanya lebih kuat, biasanya bisa menimbulkan penumpukan gas, diare, dan kembung. Dan kontraksi yang lemah bisa membuat makanan sulit melewati usus. Kemudian terjadi konstipasi.
- Peradangan yang terjadi di usus. Pada beberapa kasus dengan sindrom iritasi usus. Akan menunjukkan sel radang meningkat di usus. Yang berkaitan dengan nyeri perut dan diare.
- Adanya perubahan flora normal di usus. Flora normal ini adalah bakteri baik yang terdapat di dalam usus. Adanya ketidakseimbangan dalam jumlah bakteri di usus. Hal ini bisa menyebabkan munculnya sindrom iritasi usus.
Jadi, sindrom iritasi usus besar dan diare masih saling berkaitan. Karena diare bisa menjadi faktor pemicu terjadi sindrom iritasi di bagian usus besar tersebut.
Diagnosis dan pengobatan dari sindrom iritasi pada usus besar
Diagnosis pada sindrom iritasi usus ini bisa dilakukan oleh dokter. Dengan melihat riwayat dari kasus sebelumnya, yang dialami pasien. Misalnya dengan melakukan pemeriksaan secara fisik. Dan adanya pemeriksaan penunjang untuk mencari apa penyebabnya.
Sindrom iritasi usus ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu adanya gejala dominan konstipasi, diare, dan keduanya. Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan oleh dokter.
Untuk mendiagnosis penyebab terjadinya sindrom iritasi usus tersebut, sebagai berikut:
1. Kolonoskopi
Yaitu memasukkan kamera ke anus untuk melihat bagaimana permukaan dari seluruh bagian usus besar.
2. Sigmoidoskopi
Juga memasukkan kamera ke dalam anus untuk melihat bagian permukaan di sekitar wilayah sigmoid.
3. Foto Rontgen atau CT Scan
Fungsinya adalah untuk melihat sindrom iritasi usus besar disebabkan oleh apa. Selain itu, dokter juga akan menambahkan cairan yang berupa kontras barium. Untuk melihat bagaimana struktur usus dengan lebih spesifik.
Pengobatan untuk sindrom iritasi di usus besar
Hampir semua pasien yang mengalami sindrom iritasi di usus besar ini bisa disembuhkan. Namun ada juga terapi yang tidak berjalan dengan baik. Maka dokter harus melakukan rencana terapi yang lebih baik lagi untuk penyembuhan.
Untuk sindrom iritasi usus yang disebabkan oleh obat, makanan tidak sehat, stres, dan sebagainya. Maka cara mengobatinya adalah dengan mengubah gaya hidup supaya gejala yang muncul bisa berkurang.
Cara untuk mengurangi sindrom iritasi tersebut adalah:
- Menghindari teh dan kopi yang mengandung kafein.
- Tidak merokok.
- Konsumsi makanan berserat lebih banyak, seperti sayur dan buah-buahan.
- Minum air putih minimal 3-4 gelas per hari.
Sedangkan pengobatan yang berupa terapi medis bisa dilakukan dengan:
1.Antibiotik
Jika penyebabnya adalah adanya ketidakseimbangan jumlah bakteri yang terdapat di dalam usus.
2.Antidepresan
Bisa mengurangi gejala untuk sejumlah pasien, yang disebabkan oleh stres/depresi.
3.Antispamodik
Bisa menurunkan ketegangan di bagian otot usus, sehingga kontraksi usus yang berlebihan bisa mereda.
4.Probiotik
Adalah jenis bakteri baik hidup yang bisa membantu proses pencernaan di usus dan memperbaiki dysbiosis usus
Gejala sindrom iritasi pada usus besar
Gejala yang paling umum terjadi pada penderita sindrom iritasi usus ini, di antaranya yaitu:
- Diare/sembelit
- Feses dengan lendir
- Sering buang gas
- Cepat kenyang
- Nyeri punggung
- Perut kembung
- Kram perut
- Kelelahan
- Mual
- Nafsu makan menurun
- Muncul sensasi rasa panas di dada
Gejala tersebut bisa bertambah parah atau bisa juga membaik. Kemudian gejalanya hilang sepenuhnya. Maka, periksakan langsung ke dokter jika muncul gejala-gejala tersebut di atas.
Apalagi jika ditambah dengan menurunnya berat badan tanpa alasan jelas. Terjadi sesak napas, feses yang berdarah, benjolan di perut, hingga dada berdebar-debar.
Faktor risiko sindrom iritasi di usus besar
Hampir setiap orang tentu memiliki risiko terkena sindrom iritasi usus. Namun beberapa orang berikut ini, terbilang lebih rentan terkena sindrom tersebut. Di antaranya yaitu:
- Adanya Riwayat Keluarga
Seseorang yang memiliki riwayat keluarga terkena sindrom iritasi usus, juga memiliki faktor risiko lebih besar. Karena keluarga dapat menurunkan gen yang sifatnya sama. Dan meningkatkan risiko di generasi selanjutnya.
- Riwayat ODGJ
ODGJ juga memiliki faktor risiko terkena sindrom iritasi pada usus besar. Karena biasanya mereka mengalami kondisi depresi, anxiety, gangguan jiwa lainnya, dan stres dengan tingkat yang sama.
- Perempuan
Apabila dibandingkan dengan laki-laki, perempuan lebih rentan terkena. Karena banyak faktor pemicunya. Misalnya terapi estrogen yang dilakukan sebelum atau setelah menopause. Sehingga perempuan memiliki tingkat risiko terkena sindrom iritasi usus yang lebih besar.
- Usia Muda
Biasanya sindrom iritasi ini terjadi pada orang-orang yang usianya masih muda. Karena kebanyakan orang yang mengalaminya berusia di bawah 50 tahun.
Menerapkan Diet Rendah FODMAP
Diet rendah FODMAP bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi atau menyembuhkan sindrom iritasi usus. Dengan mengonsumsi sejumlah makanan berikut:
- Sumber protein seperti ayam, domba, udang, tahu, daging sapi, telur, dan tempe.
- Buah-buahan yaitu kiwi, pepaya, stroberi, melon, pisang, jeruk, anggur, dan blueberry.
- Sumber karbohidrat seperti beras coklat dan jenis beras lainnya, oat, kentang. Biskuit dan camilan yang dibuat dari bahan madu, bombai dan pir.
- Sayuran seperti paprika, terung, bayam, kucai, mentimun, zucchini, dan masih banyak lagi.
Sindrom iritasi usus besar ini bisa diobati dan disembuhkan dengan baik dengan menerapkan pola makan dan gaya hidup sehat.